842 Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis, Orang Tua Desak Program MBG Dihentikan

Ilustrasi

BANDUNG BARAT – Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di Kabupaten Bandung Barat. Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat, jumlah korban dalam dua hari terakhir melonjak hingga 842 siswa dari Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N. Sukandar, mengungkapkan jumlah korban terbaru hingga Rabu (24/9/2025) sore mencapai ratusan siswa.

“Itu data terakhir pada pukul 16.24 WIB,” ujarnya di Posko Kecamatan Cipongkor.

Menurut Lia, sebagian besar korban mengalami gejala berat seperti kejang, dehidrasi, hingga penurunan kesadaran. Lia menambahkan, pihaknya sudah mengambil sampel muntahan dan sisa makanan untuk diperiksa penyebab keracunan massal ini.

“Paling banyak dirujuk ke RSUD Cililin. Tadi kita sempat menutup akses ke RSUD di jam 15.00 WIB karena penuh. Kami alihkan ke beberapa rumah sakit,” jelasnya.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, sejumlah orang tua siswa meluapkan kekecewaannya terhadap program MBG. Maman (55), warga Cilimus yang anaknya bersekolah di MTs Muslimah Cipongkor, mengatakan dirinya sudah mengingatkan anaknya agar tidak mengonsumsi makanan MBG setelah kejadian sebelumnya. Namun sang anak tetap menjadi korban.

“Kemarin teh udah diingetin jangan mau dimakan. Yah, sekarang dimakan,” ungkap Maman. Ia pun menyarankan agar anggaran MBG dialihkan langsung ke orang tua siswa.

“Mending ditutup saja, kasih uangnya. Kalau dimasak sama orang tua, jelas dan pasti sehat,” katanya.

Nada serupa disampaikan Titin Marlina (40), warga Baranangsiang, Cipongkor. Anaknya yang bersekolah di SMK Karya Perjuangan menjadi salah satu korban keracunan dan kini mengalami pusing, mual, serta sesak napas.

“Mending diberhentikan, mending diganti sama uang. Untuk sekarang saya tegas sama anak, ke depannya untuk tolak [makan MBG],” ujarnya.

Di Posko Cipongkor, kondisi anak-anak korban terlihat masih lemas, bahkan ada yang mengaku trauma. Lisa (16), putri Titin, menegaskan dirinya tak ingin lagi menyentuh makanan dari program MBG.

“Udah enggak mau ah, kapok,” katanya singkat.

Meski penanganan disebut lebih baik dibanding kasus sebelumnya, gelombang keracunan massal ini menimbulkan keresahan mendalam di kalangan masyarakat. Program MBG yang seharusnya menjamin kesehatan justru kini dipertanyakan efektivitas serta keamanannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *