JAKARTA – Penyair Selendang Sulaiman resmi meluncurkan karya terbarunya berjudul Peta Biru Dunia Ketiga: Album Puisi 2006–2025, sebuah antologi yang merangkum perjalanan kreatif hampir dua dekade. Kumpulan puisi ini hadir bukan sekadar catatan sastra, melainkan juga sebagai peta batin zaman dan refleksi sosial-politik Indonesia.
Dalam pengantar bukunya, sastrawan Mahwi Air Tawar menyebut karya Selendang ini sebagai ruang penting untuk kembali menemukan diri.
“Peta Biru Dunia Ketiga adalah pintu menuju kesadaran baru, sebuah ajakan untuk berhenti sejenak, menoleh ke belakang, dan menemukan kembali bagian dari diri yang lama tersembunyi,” tulis Mahwi.
Sementara itu, M. Hanif Dhakiri, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI sekaligus penikmat puisi, memberikan catatan endorsement bernuansa reflektif.
“Ini serupa kompas moral, cermin sosiologis, sekaligus jendela yang memandang harapan. Album puisi ini mengajak kita berdiam sejenak dalam realitas yang tak terelakkan, lalu membiarkan keheningan bahasa menyembuhkan sesuatu yang diam-diam kita rindukan,” ungkap Hanif.
Lewat judulnya yang metaforis, Peta Biru Dunia Ketiga tidak hanya menjadi potret perjalanan seorang penyair, tetapi juga menggambarkan denyut sosial, politik, dan spiritual masyarakat. Setiap sajak menuntun pembaca dari kerinduan menuju kegelisahan, dari luka menuju harapan.
Album puisi yang diterbitkan Penerbit JBS ini hadir pada September 2025 dengan tebal 118 halaman. Buku dijual seharga Rp65.000 (Rp55.000 untuk pemesanan awal). Bagi Selendang, karyanya adalah sebuah peta yang bukan hanya menunjukkan arah, tetapi juga menjaga ingatan dan harapan di tengah gejolak kehidupan bangsa.