Ambivert: Kepribadian Fleksibel di Antara Introvert dan Ekstrovert yang Jarang Disadari

Ilustrasi

JAKARTA — Pernah merasa tidak sepenuhnya cocok disebut introvert, namun juga tidak benar-benar pas digolongkan sebagai ekstrovert? Jika iya, kemungkinan besar Anda termasuk dalam kelompok ambivert, kepribadian yang berada di tengah spektrum introvert dan ekstrovert.

Kepribadian ambivert memungkinkan seseorang bersikap pendiam dan reflektif dalam satu kesempatan, namun bisa tampil ramah dan penuh energi di kesempatan lain, tergantung pada situasi dan lingkungan sekitar.

Melansir Simply Psychology, istilah ambiversion pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Kimball Young pada 1927, yang berakar dari gagasan Carl Jung tentang introversi dan ekstroversi. Jung menilai bahwa kepribadian manusia tidak bersifat hitam putih, melainkan berada dalam spektrum.

“Introvert biasanya merasa lebih nyaman dengan waktu menyendiri, sementara ekstrovert cenderung memperoleh energi dari interaksi sosial. Ambivert berada di tengah-tengah, mampu menikmati keduanya,” tulis laporan Simply Psychology.

Menariknya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang sebenarnya adalah ambivert, meskipun sering kali mereka tidak menyadarinya.

Bacaan Lainnya

Ciri-Ciri Umum Ambivert

Ambivert memiliki gabungan sifat introvert dan ekstrovert. Mereka cenderung:

  • Pandai berkomunikasi, tahu kapan harus berbicara dan kapan mendengarkan.

  • Nyaman berada di keramaian, tapi juga menikmati waktu sendirian.

  • Fleksibel menyesuaikan perilaku sesuai situasi sosial.

  • Mampu bekerja sendiri maupun dalam tim.

  • Menjadi penyeimbang dalam kelompok.

  • Memiliki empati dan kesadaran diri yang baik.

Sifat adaptif inilah yang membuat ambivert dianggap lebih fleksibel dibanding kepribadian introvert atau ekstrovert murni.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *