Dari Mistik ke Fanatisme (Kritik Tan Malaka terhadap Taqlid Buta Masyarakat Madura pada Kiai/Lora)

Rohman

Di sebagian masyarakat Madura, kepercayaan pada bala’ kiai, barokah kiai, dan karomah kiai masih begitu kuat hingga melampaui batas kewarasan. Kepercayaan yang semestinya menjadi nilai spiritual justru berubah menjadi alat pembodohan massal, menjerumuskan masyarakat ke dalam pola pikir mistik yang telah lama dikritik Tan Malaka, pikiran yang berhenti bekerja, mati sebelum berkembang.

Tan Malaka menyebut bahwa bangsa tidak akan pernah maju selama akalnya dikunci oleh mistisme. Dan apa yang terjadi hari ini adalah bukti telanjang. Banyak orang bukan sekadar menghormati kiai, tetapi mengultuskan mereka seolah-olah punya kuasa gaib yang bisa mendatangkan bala’ atau barokah sesuka hati. Ketika mistik sudah dijadikan pedoman hidup, maka benar-salah tidak lagi ditentukan oleh moral, tetapi oleh status simbolik seseorang.

Di titik inilah fanatisme berubah menjadi kerusakan sosial. Contoh paling memalukan adalah kasus dugaan pencabulan oleh seorang lora di Galis, Paterrongan. Perbuatannya merusak moral, merusak martabat korban dan mempermalukan keluarganya, merusak nama baik pesantren, merusak kehormatan leluhur, namun anehnya, masih ada yang membela. Tidak sedikit yang menutup mata, bukan karena bukti kurang jelas, tetapi karena takut bala’, takut tidak dapat barokah, takut dianggap durhaka pada kiai.

Inilah tragedi terbesar masyarakat, rakyat yang takut pada kiai lebih daripada takut pada Tuhan. Membela pelaku hanya karena ia keturunan kiai adalah bentuk kepatuhan buta yang oleh Tan Malaka disebut sebagai MENTAL BUDAK mental yang rela mengorbankan akal sehat demi ilusi mistik. Masyarakat seperti ini akhirnya menjadi korban dua kali, korban spiritual karena pikirannya dibelenggu, dan korban sosial karena keadilan tidak pernah benar-benar ditegakkan.

Bacaan Lainnya

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *