JAKARTA – Krisis politik di Nepal memuncak setelah Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli resmi mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025). Langkah ini diambil di tengah gelombang unjuk rasa besar-besaran yang berujung ricuh hingga menelan korban jiwa.
NDTV melaporkan massa membakar rumah pribadi Oli dan Presiden Nepal Ram Chandra Poudel. Aksi vandalisme juga menimpa kediaman mantan PM Nepal Pushpa Kamal Dahal serta Sher Bahadur Deuba. Bahkan rumah Menteri Energi Nepal Deepak Khadka ikut menjadi sasaran amukan massa.
Sejumlah video yang beredar di media sosial memperlihatkan aksi massa yang merusak kediaman Poudel. Tak hanya itu, gedung parlemen Nepal juga dibobol dan dibakar, sementara Bandara Internasional Kathmandu terpaksa ditutup akibat meluasnya kerusuhan.
Otoritas Penerbangan Sipil Nepal menyatakan penutupan bandara dilakukan karena alasan keamanan.
“Perdana Menteri Nepal K.P. Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025),” kata ajudan Oli, Prakash Silwal, dikutip Reuters.
Gelombang protes ini dipicu oleh larangan pemerintah terhadap penggunaan media sosial, yang sebelumnya menjadi sarana utama warga, khususnya generasi Z, dalam menyuarakan penolakan terhadap praktik korupsi di tubuh pemerintahan.
Bentrok antara massa dan aparat kepolisian pun pecah di sekitar gedung parlemen Nepal. Setidaknya 19 orang dilaporkan meninggal dunia akibat demonstrasi berdarah tersebut.
Kondisi politik semakin goyah setelah sejumlah pejabat kabinet memilih mundur. Menteri Dalam Negeri Nepal Ramesh Lekhak mengundurkan diri pada Senin (8/9/2025), disusul Menteri Pertanian Ramnath Adhikari dan Menteri Penyediaan Air Pradeep Yadav pada Selasa pagi.
Pengunduran diri PM Oli menandai titik balik dari krisis politik terparah yang pernah terjadi di Nepal dalam beberapa tahun terakhir, meninggalkan ketidakpastian tentang arah pemerintahan ke depan.