JAKARTA — Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar Festival Majelis Taklim 2025 sebagai ruang kreatif bagi komunitas majelis taklim untuk memperkuat literasi keagamaan, harmoni sosial, dan kesadaran ekologis. Festival ini diharapkan menjadi momentum lahirnya generasi baru penggerak dakwah yang moderat dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menegaskan bahwa majelis taklim hari ini bukan hanya sarana belajar agama, tetapi juga wadah tumbuhnya jejaring sosial dan kedamaian spiritual.
“Majelis taklim hari ini bukan hanya tempat mengaji, tetapi ruang menemukan ketenangan, solidaritas, dan nilai agama yang meneduhkan,” ujarnya di Jakarta, Rabu.
Festival ini diselenggarakan dalam enam kategori kompetisi, yakni Tilawah Quran dan Sari Tilawah, Dakwah Kebangsaan, Kasidah Rebana, Video Profil Majelis Taklim, serta Karya Tulis Fiksi dan Non-Fiksi. Zayadi menyebut penyelenggaraan ini menunjukkan kemampuan majelis taklim untuk beradaptasi dengan teknologi dan perubahan zaman tanpa melepaskan akar nilai keagamaan.
Ia menambahkan bahwa festival dirancang untuk menjadi kanal ekspresi syiar keagamaan yang lebih kreatif, ramah, dan berkeadaban.
“Kita ingin memberi ruang bagi narasi keagamaan yang moderat, berkeadaban, dan selaras dengan kebutuhan masyarakat hari ini,” katanya.
Selain memperkuat pembinaan majelis taklim melalui sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga aparatur keamanan, Zayadi juga menekankan pentingnya memasukkan ekoteologi dalam dakwah modern.
“Ekoteologi adalah wacana penting agar majelis taklim ikut merawat bumi, menjadikan perhatian terhadap lingkungan sebagai bagian dari ibadah,” tegasnya.
Ia berharap festival ini menjadi media tumbuhnya kader majelis taklim yang kreatif, adaptif, dan peka terhadap isu sosial.
“Dari ruang seperti inilah muncul kader-kader yang menghadirkan syiar agama secara elegan, moderat, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” lanjutnya.
Apresiasi datang dari Ketua Pengurus Pusat Pokja Majelis Taklim (Pokja MT), Sururin, yang menyebut keterlibatan 237 majelis taklim sebagai bukti semangat baru gerakan dakwah berbasis komunitas.
“Hari ini kita melihat semangat luar biasa dari peserta berbagai daerah. Ini adalah wajah optimisme majelis taklim kita,” ujarnya.
Sururin menjelaskan bahwa Pokja MT menetapkan tiga program prioritas nasional: pendataan majelis taklim, penguatan kompetensi melalui festival, serta penyusunan Direktori dan Ensiklopedi Majelis Taklim Indonesia. Ia menilai pendataan adalah langkah fundamental agar profil dan potensi majelis taklim dapat dibaca secara akurat oleh publik dan pemerintah.
Dengan festival ini, majelis taklim diharapkan bukan hanya memiliki peran dakwah yang kuat, tetapi juga menjadi pusat edukasi sosial dan lingkungan yang sehat — sebuah wajah baru syiar Islam di Indonesia.
