DEPOK — Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) resmi membuka Annual International Conference on Islam, Science and Society (AICIS+) pada Selasa (29/10/2025). Konferensi ini menjadi edisi perdana dari transformasi besar forum akademik bergengsi Kementerian Agama (Kemenag), yang sebelumnya dikenal sebagai Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) sejak tahun 2002.
Dengan membawa wajah baru, AICIS+ 2025 memperluas cakupan kajian akademik agar tidak hanya terbatas pada studi Islam, tetapi juga mencakup isu-isu global seperti lingkungan hidup dan teknologi. Hal ini tergambar jelas dari tema besar yang diusung, yakni “Islam, Ecotheology, and Technological Transformation: Multidisciplinary Innovation for an Equitable and Sustainable Future.”
Konferensi ini juga memuat delapan subtema dengan lebih dari 230 makalah terpilih dari 2.400 pengirim naskah asal 31 negara. Antusiasme yang tinggi ini menandakan bahwa AICIS+ sukses menarik perhatian peneliti dan akademisi lintas disiplin ilmu dari berbagai belahan dunia. Sebagian karya ilmiah terbaik dari forum ini akan diterbitkan di jurnal bereputasi internasional terindeks Scopus.
Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, yang membuka acara tersebut menegaskan pentingnya peran sarjana Muslim dalam merespons tantangan global.
“Para peneliti dan pengkaji Islam harus memberikan perhatian lebih pada persoalan global, mulai dari problem lingkungan hidup hingga perkembangan kecerdasan buatan (AI). Forum akademik seperti ini menjadi medium penting untuk berkolaborasi dan menghadirkan solusi atas persoalan tersebut,” ujarnya.
Rangkaian pembukaan juga diisi oleh Meiwita Paulina Budiharsana dari Universitas Indonesia yang membahas etika dan inovasi dalam kesehatan publik, serta Farish A. Noor, sejarawan asal Malaysia yang kini mengajar di UIII, dengan paparan tentang genealogi studi Islam.
Usai pembukaan, diskusi panel bertajuk “Decolonial Perspectives on Islamic Law and Ecotheology for Peacebuilding, Environmental Sustainability and Humanitarian Crises” turut digelar di Lecture Hall UIII. Diskusi ini menghadirkan akademisi internasional seperti Stephane Lacroix (Prancis) dan Ayman Shihadeh (Inggris), yang menyoroti hubungan antara hukum Islam dan isu keberlanjutan lingkungan.
Secara bersamaan, UIII Press juga meluncurkan buku berjudul “Election in Southeast Asia” yang dibedah oleh sejumlah akademisi, termasuk Rendy Pahrun, Djayadi Hanan, dan Farish A. Noor.
Tak hanya di ruang konferensi, suasana ilmiah juga terasa di area pameran. Sejumlah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) menampilkan hasil riset, karya buku, dan inovasi siswa serta mahasiswa mereka.
Melalui AICIS+ kali ini, Kemenag dan UIII tidak hanya memberikan ruang bagi para intelektual besar, tetapi juga membuka kesempatan bagi peneliti muda untuk tampil dan berkontribusi dalam dialog global tentang Islam, ilmu pengetahuan, dan kemanusiaan.
