Gus Hilmy juga mengingatkan bahwa sikap tegas Indonesia pasti menimbulkan konsekuensi politik dan diplomatik.
“Diplomasi kita harus cerdas agar idealisme tidak terjebak dalam realpolitik. Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk memastikan perjuangan rakyat Palestina benar-benar mendapat tempat yang adil dalam tata politik global dan menjadi jalan nyata menuju kemerdekaan Palestina yang utuh,” jelas Gus Hilmy.
Selain itu, Gus Hilmy menyoroti pentingnya persatuan internal rakyat Palestina sebagai modal utama perjuangan.
“Kekuatan rakyat Palestina harus benar-benar dikonsolidasikan kepada negara. Persatuan adalah inti dari semuanya. Kekuatan-kekuatan nonresmi atau nonpemerintah sudah sepatutnya membaur dalam angkatan bersenjata yang resmi dibentuk oleh pemerintah yang bisa saling bahu-membahu membangun negeri Palestina,” ungkapnya.
Kepada pihak-pihak eksternal, menurut Gus Hilmy, dukungan terhadap Palestina sangat berarti. Negara-negara Arab dan kawasan sekitarnya, utamanya, diharapkan bahu-membahu membantu pembangunan Palestina dengan memberikan bantuan nyata, baik berupa pembangunan infrastruktur, investasi jangka pendek, maupun dukungan politik yang konsisten.
“Advokasi kepentingan Palestina harus dilakukan secara kompak, tidak mudah digoyahkan oleh kepentingan jangka pendek yang seringkali lebih untuk memperkuat posisi politik masing-masing negara. Biarkan rakyat Palestina menentukan bentuk pemerintahan sesuai budaya dan aspirasinya sendiri, sementara negara-negara tetangga ikut mensuport agar Palestina bisa tumbuh dan maju sebagaimana negara lain,” pungkas Gus Hilmy.