Jeritan Seorang Ayah: Zainal Arifin Tersandung Hukum, Anak Tak Mau Sekolah, Istri Diintimidasi

Ilustrasi

PAMEKASAN – Di tengah proses hukum yang menjeratnya, kisah pilu Zainal Arifin, seorang ayah tiga anak di Pamekasan, justru membuka babak lain yang menyentuh sisi kemanusiaan. Kasus yang bermula dari salah paham dalam proses COD (Cash on Delivery) pada 30 Juni 2025 ini, telah berubah menjadi cobaan berat, tak hanya bagi Zainal sendiri, tetapi juga bagi keluarganya yang terpuruk secara sosial dan psikologis.

Zainal ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus yang juga melibatkan kurir J&T Express, Rizky Yanto, yang ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengannya. Meskipun silaturahmi telah lama renggang, pertalian darah tetap tak bisa dipungkiri.

“Saya dan Rizky itu keluarga. Saya benar-benar menyesal. Tidak pernah ada niat untuk menyakiti. Saya hanya ingin mengembalikan barang dan mengambil kembali uang saya. Tapi semua terjadi begitu cepat,” tutur Zainal dari balik tahanan.

Akibat perkara tersebut, kehidupan keluarganya terguncang hebat. Anak-anak Zainal yang masih duduk di bangku sekolah dasar kini trauma berat akibat perundungan dari lingkungan sekitar. Mereka menolak bersekolah, bahkan takut keluar rumah.

“Istri saya diintimidasi, ditolak oleh lingkungan. Jualannya sepi, anak-anak saya dibuli, bahkan ada yang takut keluar rumah. Mereka sudah tidak mau sekolah,” ujarnya lirih, menggambarkan tekanan luar biasa yang dialami keluarganya.

Bacaan Lainnya

Bagi Zainal, tahanan bukan hal yang paling menyakitkan. Melihat anak-anaknya dihukum oleh keadaan jauh lebih menghancurkan.

“Saya bisa kuat di penjara. Tapi hati saya hancur melihat anak-anak saya dihukum oleh keadaan. Mereka anak kecil yang tidak tahu apa-apa, tapi dihina dan dijauhi,” ucapnya sambil menahan tangis.

Dalam upaya mencari jalan damai, keluarga Zainal telah berulang kali berusaha meminta maaf secara langsung kepada Rizky Yanto dan keluarganya, bahkan hingga mendatangi kantor J&T Pamekasan untuk memohon mediasi. Namun semua usaha itu belum mendapat tanggapan.

“Kami hanya ingin dimaafkan. Kami bukan orang jahat. Kami hanya keluarga yang sedang diuji,” katanya penuh harap.
“Kami tidak minta bebas. Kami minta jalan damai. Kami minta agar J&T mau memfasilitasi pertemuan, duduk bersama, membuka hati. Kami mohon, cukup derita ini untuk anak-anak saya,” lanjut Zainal.

Di media sosial, mulai muncul dukungan publik agar kedua pihak bisa menyelesaikan perkara ini secara kekeluargaan. Banyak yang menilai, dalam dunia yang keras seperti hari ini, pengampunan adalah bentuk keberanian yang langka namun bermakna.

“Saya akui salah. Saya tidak menolak hukum. Tapi tolong, lihat kami sebagai manusia, sebagai keluarga. Jangan biarkan dendam menghancurkan anak-anak saya,” tutup Zainal.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *