Desa Bulo memiliki total luas lahan produksi pertanian sekitar 700 hektare yang mencakup beragam jenis tanaman dan peternakan. Namun, SEHATI tak hanya berhenti pada aktivitas pertanian di lahan. Mereka berinisiatif meningkatkan nilai tambah dari hasil panen melalui berbagai inovasi olahan, seperti pembuatan kue, minuman, dan produk turunan berbasis kakao dan komoditas lainnya.
Ketika ditanya mengenai waktu luang untuk mengembangkan kreativitas selain bertani, Ibu Intan menegaskan bahwa para perempuan di Desa Bulo memiliki cukup banyak waktu untuk berkegiatan produktif. Menurutnya, yang dominan ke kebun itu suami.
“Para perempuan lebih banyak di rumah, jadi bisa meluangkan waktu untuk berkreasi bersama SEHATI,” jelasnya.
Meski demikian, kelompok ini juga menghadapi sejumlah kendala. Dalam wawancara tersebut, para anggota Sehati berharap adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah, khususnya terutama dalam bentuk fasilitasi pelatihan dan pendampingan.
“Yang mentahan sudah dikerjakan bapak-bapak. Kami ibu-ibu ingin berbeda, ingin memanfaatkan hasil tani menjadi olahan, seperti jajanan dan minuman. Harapannya agar ini bisa menjadi nilai tambah untuk ekonomi desa,” tutur mereka.

Kisah SEHATI mencerminkan semangat kemandirian dan inovasi perempuan desa di kawasan Transmigrasi dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan. Dengan dukungan yang tepat, kelompok seperti SEHATI berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi lokal yang inklusif dan berdaya saing.