SUMENEP – Kasus dugaan penganiayaan yang menyeret nama Kepala Desa (Kades) Sapeken, Joni Junaidi, terus memicu perhatian publik. Terbaru, korban bernama Nadia mengaku didatangi seseorang yang disebut sebagai utusan kades pada Senin (18/8/2025), dengan tujuan menawarkan penyelesaian secara kekeluargaan.
“Tadi ada orang yang datang ke rumah menemui bapak saya. Kami lihat itu suruhan pak kades, meminta agar masalah ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Namun kami tetap pada prinsip awal,” kata Nadia, sebagaimana dikutip mediapribumi.id Senin (18/8/2025).
Bahkan, menurut Nadia, utusan tersebut sempat menyampaikan ancaman jika pihaknya menolak berdamai.
“Orang suruhannya juga sempat bilang, jika tidak mau damai, maka berpotensi celaka, karena pak Joni banyak kenalannya di barat (Sumenep),” ungkapnya.
Meski mendapat tekanan, Nadia menegaskan bahwa keluarganya menolak penyelesaian kasus secara damai. Ia menilai kekerasan tidak bisa diabaikan hanya karena status sosial seseorang.
“Kami memang orang tak berpangkat, Mas. Namun jangan mudah berbuat kekerasan terhadap orang miskin seperti kami. Karena ada cara yang lebih terhormat bisa dilakukan,” tegasnya.
Nadia juga mempertanyakan sikap kepemimpinan Kades Joni. Ia mengaku sudah melaporkan dugaan penganiayaan itu ke Polsek Sapeken, tetapi justru mendapatkan surat panggilan dari pihak desa.
“Saya sudah lapor ke Polsek Sapeken, tapi kok pihak desa malah buat surat panggilan terhadap saya. Dalam surat itu juga tidak jelas, saya dipanggil dalam rangka apa,” ujarnya dengan nada heran.
Kasus ini bermula dari laporan Nadia yang mengaku mendapat perlakuan kasar dari Kades Joni di depan umum. Hingga kini, proses hukum masih berlangsung, sementara perhatian masyarakat kian menguat terhadap jalannya penyelidikan.