JAKARTA – Direktur Eksekutif Lingkar Studi Kebangkitan Bangsa (LSKB), Fahmi Budiawan menyoroti fenomena rendahnya minat anak muda untuk terjun ke dunia pertanian. Menurut Fahmi, hal ini bukan sekadar masalah pilihan karier, tetapi mencerminkan tantangan serius yang dihadapi sektor pertanian nasional.
Data resmi menunjukkan bahwa jumlah petani muda berusia 20–39 tahun hanya sekitar 8 % dari total petani, sementara sebagian besar petani Indonesia kini berada di atas usia 43 tahun. Kondisi ini mengindikasikan terbatasnya regenerasi petani, yang dikhawatirkan dapat mengancam masa depan ketahanan pangan.
Lebih lanjut, Fahmi Budiawan mengatakan bahwa pihaknya menilai minat rendah anak muda untuk menjadi petani disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari risiko tinggi usaha pertanian, kebijakan yang belum berpihak, perlakuan perbankan yang kurang adil, hingga persepsi sosial bahwa profesi petani sulit menjamin kesejahteraan.
“Pengen miskin, jadilah petani,” ungkap Fahmi saat ditemui harianindo.id pada Selasa (23/9/2025).
Ungkapan tersebut menggambarkan realitas getir bahwa menjadi petani masih identik dengan ketidakpastian pendapatan dan risiko besar yang harus ditanggung.
Meski begitu, LSKB kata Fahmi menegaskan bahwa profesi petani sebenarnya bisa kembali diminati generasi muda jika ada dukungan nyata dari berbagai pihak.
“Dengan dukungan pemerintah, perbankan, dan ekosistem pertanian yang sehat, profesi petani dapat menjadi karier menjanjikan sekaligus memperkuat ketahanan pangan bangsa,” tegasnya.