CIPUTAT – Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Mimbar Bebas dalam rangkaian PBAK Humanistik 2025 dengan tema “Konsistensi Melawan Lupa: Peran Mahasiswa dalam Menjaga Demokrasi dan HAM”. Acara ini menghadirkan inisiator Aksi Kamisan, Maria Catarina Sumarsih, serta akademisi Qushtan Abqary Hisan Firdaus, M.A.
Acara dibuka lantang oleh Ketua Pelaksana, Ahmad Zulkhari Akram, dengan pekikan perjuangan:
“Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Hidup Perempuan yang Melawan! Hidup Korban!”
Seruan itu menggema, menandai sikap mahasiswa yang menolak tunduk pada kebungkaman. Isu utama yang diangkat dalam forum ini adalah peningkatan tindakan represif aparat terhadap massa aksi. Mahasiswa menegaskan bahwa represi terhadap kebebasan berekspresi bukan hanya cacat demokrasi, tetapi juga ancaman serius bagi masa depan bangsa.
Data KontraS periode Juli 2024 – Juni 2025 yang dipaparkan dalam acara mencatat 602 peristiwa kekerasan oleh kepolisian, termasuk 411 kasus penembakan dan 44 salah tangkap dengan total 1.020 korban. Angka tersebut menjadi potret luka bangsa: mahasiswa, jurnalis, paramedis, petani, masyarakat sipil, hingga aktivis ikut menjadi korban.
Mahasiswa Ushuluddin menegaskan tiga sikap perlawanan: