Menteri LH Hanif Faisol Dorong Indonesia Raup Rp16 Triliun dari Perdagangan Karbon di COP30 Brasil

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (tengah) saat wawancara doorstop di sela-sela acara Belém Leader Summit, di Belém, Brasil, Jumat (7/11/2025) waktu setempat. (Foto: Istimewa)

JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup (Menteri LH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan bahwa delegasi Indonesia akan memperjuangkan target pengurangan emisi nasional sekaligus menarik investasi besar dari perdagangan karbon selama Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) yang digelar di Belém, Brasil.

Dalam keterangannya, Hanif menyampaikan bahwa Indonesia mengirim sekitar 130 negosiator yang akan berperan aktif dalam 13 agenda besar COP30, termasuk dalam diplomasi pengurangan emisi dan penguatan pasar karbon global.

“Kita memiliki 130-an negosiator yang akan berjuang di 13 agenda besar, di ruang-ruang adu diplomasi untuk merumuskan aksi iklim,” ujar Hanif Faisol Nurofiq di Belém, Minggu (9/11/2025) waktu setempat.

Pemerintah Indonesia menargetkan nilai transaksi karbon hingga Rp16 triliun dari berbagai sektor, dengan fokus utama pada sektor kehutanan, kelautan, energi, dan industri. Hanif menjelaskan bahwa perdagangan karbon domestik ini merupakan bagian dari strategi menuju transisi ekonomi hijau dan upaya memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin pasar karbon di kawasan Asia Tenggara.

“Terutama di sektor alam, yaitu sektor forestry dan ocean. Kemudian di sektor tech-based dari sektor energi dan industri. Dua sektor itu kita harapkan berkontribusi sampai di angka 90 juta ton CO₂ dengan nilai transaksi kami perkirakan sampai Rp16 triliun,” paparnya.

Bacaan Lainnya

Hanif menambahkan bahwa hasil dari perdagangan karbon diharapkan tidak hanya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga mempercepat realisasi target Nationally Determined Contribution (NDC) atau komitmen nasional terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.

Dalam COP30 yang berlangsung dari 10 hingga 21 November 2025, Indonesia juga akan membuka Pavilion Indonesia sebagai ruang diplomasi dan promosi solusi hijau dari berbagai sektor. Pavilion tersebut akan menjadi etalase inovasi iklim Indonesia, menampilkan teknologi ramah lingkungan, program konservasi hutan, serta peluang kerja sama investasi hijau.

Salah satu kegiatan utama di Pavilion Indonesia adalah sesi Seller Meet Buyer (SMB) yang digelar setiap hari selama konferensi berlangsung. Sesi ini dirancang untuk mempertemukan penjual dan pembeli karbon dari berbagai negara dan sektor industri.

“Di dalam prime time-nya, kita menyiapkan kegiatan terkait dengan seller meet buyer. Ini diharapkan akan bisa mendulang potensi 90 juta ton CO₂ sampai berakhirnya COP ini,” jelas Hanif.

COP30 menjadi ajang penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kemajuan dan komitmen konkret dalam mitigasi perubahan iklim. Selain itu, momentum ini juga dimanfaatkan untuk memperkuat jejaring global perdagangan karbon dan mendorong investor internasional agar berpartisipasi dalam proyek-proyek karbon nasional.

Hanif menegaskan, keberhasilan Indonesia dalam mengelola pasar karbon akan berpengaruh langsung terhadap perekonomian hijau, kesejahteraan masyarakat desa, dan konservasi ekosistem alam.

“Perdagangan karbon bukan sekadar instrumen ekonomi, tetapi juga langkah strategis untuk memastikan pembangunan Indonesia tetap berkelanjutan,” tegasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *