Lebih jauh, Haudhi juga menyoroti langkah strategis pemerintah yang mulai mengalihkan sumber impor BBM dari Singapura ke Amerika Serikat dan Arab Saudi. Menurutnya, keputusan ini didasari pada efisiensi logistik, diversifikasi pasokan, dan faktor geopolitik.
“Dengan dermaga berkapasitas besar yang sedang dibangun, impor bisa langsung dilakukan dengan kapal besar dari AS dan Timur Tengah sehingga biaya lebih efisien. Diversifikasi pasokan juga memperkuat ketahanan energi kita,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya penguatan koordinasi lintas sektor. Situasi kelangkaan harus dijawab dengan audit realisasi kuota impor, transparansi distribusi, serta komunikasi publik yang lebih terbuka.
“BBM bukan sekadar komoditas dagang. Ini kebutuhan publik yang menyangkut biaya hidup, mobilitas, hingga stabilitas sosial. Kebijakan Menteri ESDM sudah di jalur yang tepat, tinggal memastikan implementasinya konsisten di lapangan,” tambah Haudhi.
Di akhir pernyataannya, Haudhi menegaskan bahwa krisis BBM ini harus menjadi momentum menuju kemandirian energi nasional.
“Profesional muda siap berkontribusi menghadirkan solusi inovatif, baik dalam efisiensi distribusi maupun percepatan transisi energi bersih. Dari sekadar mengatasi kelangkaan, kita harus bergerak menuju kemandirian dan keberlanjutan energi bangsa,” tutupnya.