Senator asal D.I. Yogyakarta tersebut juga meminta Pemerintah Indonesia untuk secara terbuka dan resmi menyatakan keberpihakannya.
“Kita juga meminta agar Presiden Prabowo menyatakan secara terbuka posisinya berpihak pada rakyat Sudan, bukan kepada pihak bersenjata mana pun. Kita tidak boleh terjebak pada legitimasi politik salah satu kubu. Kita hanya berpihak pada rakyat, pada kemanusiaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gus Hilmy menekankan pentingnya Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan secara nyata, baik dalam bentuk tenaga medis, logistik, maupun dukungan perlindungan bagi para pengungsi, melalui lembaga-lembaga seperti Kementerian Luar Negeri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Palang Merah Indonesia (PMI). Ia juga mendorong lahirnya solidaritas nasional di tingkat masyarakat sipil dan ormas-ormas Islam untuk ikut membantu rakyat Sudan secara langsung.
“Semua pihak harus membuka mata, Sudan adalah cermin nurani dunia. Ketika dunia bungkam, kita harus bersuara. Ketika kekuasaan sibuk saling menuduh, kita harus hadir membawa nilai kemanusiaan,” kata Gus Hilmy.
Gus Hilmy menambahkan, sejarah panjang Indonesia dalam diplomasi damai seharusnya membuat bangsa ini berani berdiri di garis depan untuk membela rakyat yang tertindas. “Kita tidak sedang bicara politik luar negeri, kita sedang bicara tanggung jawab moral sebagai bangsa yang beradab.”
Gus Hilmy menegaskan, tragedi di Sudan bukan hanya persoalan satu bangsa, tetapi ujian bagi seluruh umat manusia.
“Kita tidak sedang melihat perang di negeri jauh. Kita sedang diuji, apakah nilai kemanusiaan masih hidup dalam diri kita. Indonesia harus menjawab ujian ini dengan tindakan nyata,” pungkasnya.
