JAKARTA – Insiden pengeroyokan terhadap seorang warga negara Indonesia (WNI) asal Sampang, Madura, oleh sembilan warga negara Bangladesh di kawasan Bangsar, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (14/7), menggugah reaksi serius dari komunitas masyarakat Madura di Malaysia.
Para tokoh masyarakat menggelar pertemuan di Kajang, Selangor, Rabu (16/7/2025), sebagai respons atas kejadian yang dinilai tidak hanya melukai individu, tetapi juga mencederai marwah masyarakat Madura secara kolektif.
Pertemuan yang juga dihadiri oleh perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur itu menghasilkan sejumlah kesepakatan strategis. Fokus utama adalah mengawal proses hukum secara ketat serta menyerukan langkah-langkah kolektif yang bermartabat.
“Tokoh-tokoh masyarakat Madura di Malaysia mengadakan pertemuan terbatas di Kajang, Selangor, untuk menyikapi insiden pengeroyokan terhadap seorang WNI asal Madura oleh sekelompok warga Bangladesh di tapak pembinaan Bangsar, Kuala Lumpur,” ujar Ustadz Kholik kepada media di Kuala Lumpur, Kamis (17/7/2025).
KBRI menjelaskan bahwa pihaknya telah mengambil langkah hukum dan diplomatik sejak awal kejadian. Dalam pertemuan tersebut, para tokoh menegaskan bahwa insiden ini menyulut kemarahan publik Madura, tetapi mereka memilih untuk mengedepankan penyelesaian melalui jalur hukum dan diplomasi.
“Para tokoh menyatakan kemarahan masyarakat Madura adalah bentuk pembelaan terhadap kehormatan. Tapi masyarakat Madura di Kuala Lumpur sepakat bahwa amarah harus diarahkan secara terhormat, bukan dengan tindakan gegabah,” tegas Ustadz Kholik.
Selain itu, para tokoh Madura juga mendorong agar KBRI menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Kedutaan Bangladesh sebagai bentuk tanggung jawab moral atas peristiwa tersebut. Mereka juga berencana melakukan lawatan bersama ke lokasi kejadian bersama KBRI dan kepolisian Malaysia, guna memberikan dukungan moral serta menjaga stabilitas sosial.
Tak kalah penting, imbauan juga diberikan kepada seluruh masyarakat Madura di Malaysia untuk tidak terprovokasi dan menahan diri dari tindakan sepihak. Menurut para tokoh, tindakan gegabah hanya akan memperburuk citra WNI di mata publik internasional.
“Menahan diri bukan berarti lemah, melainkan tanda bahwa WNI, dalam hal ini masyarakat Madura, mempunyai marwah, dan tahu cara menjaga keselamatan saudaranya yang lain,” lanjut Kholik.
Polis Diraja Malaysia (PDRM) telah mengamankan sembilan terduga pelaku untuk menjalani proses hukum. KBRI menyatakan akan terus memantau dan memastikan kasus ini diproses hingga tuntas sesuai hukum yang berlaku.
Pertemuan ini menjadi simbol bahwa masyarakat Madura di perantauan tetap menjunjung tinggi kehormatan, namun memilih cara yang santun dan bermartabat dalam menuntut keadilan.