JAKARTA – Kualitas udara di Jakarta pada Sabtu (4/10) pagi kembali memprihatinkan. Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pukul 06.15 WIB, indeks kualitas udara (AQI) Ibu Kota tercatat di angka 143, menempatkannya dalam kategori tidak sehat dan lima besar kota dengan udara terburuk di dunia.
Konsentrasi polutan utama yang terdeteksi adalah PM2.5 dengan nilai 47 mikrogram per meter kubik. Angka ini mengindikasikan kondisi udara yang berisiko bagi kelompok sensitif — seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit pernapasan — serta dapat merusak ekosistem alami.
Dalam daftar IQAir, Jakarta berada di bawah Kinshasa (Kongo) di posisi pertama dengan AQI 175, disusul Delhi (India) dengan 160, Lahore (Pakistan) 158, dan Tashkent (Uzbekistan) 154.
Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta melakukan langkah mitigasi berupa penyemprotan kabut air di sejumlah titik padat aktivitas.
“Kami telah menyemprotkan 4.000 liter air berbentuk kabut (water mist) di kawasan strategis seperti Dukuh Atas, TB Simatupang, Fatmawati, Bundaran HI, MH Thamrin hingga Lapangan Banteng,” ujar Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Asep menjelaskan, langkah ini merupakan bagian dari rangkaian pra-kegiatan Jakarta Eco Future Fest (JEFF) 2025 serta upaya untuk menurunkan partikel polutan, khususnya PM2.5, agar kualitas udara berangsur membaik. Selain itu, DLH juga menyiagakan mobile videotron yang menayangkan pesan edukasi tentang pentingnya pengendalian polusi.
“Melalui sarana ini, masyarakat diajak lebih sadar melakukan langkah sederhana, seperti rutin uji emisi kendaraan dan beralih ke transportasi umum,” tambahnya.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar tetap mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, menutup jendela untuk mencegah udara kotor masuk ke dalam rumah, serta menggunakan alat penyaring udara guna menjaga kesehatan pernapasan.