JAKARTA – Direktorat Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Desa Peduli Iklim di Aula Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gunung Guruh, Kabupaten Sukabumi, pada 14–15 Oktober 2025. Lima desa yang mengikuti pelatihan ini adalah Desa Kebonmanggu, Cibolang, Undrusbinangun, Sudajayagirang, dan Gedepangrango.
Langkah ini menjadi sorotan karena digelar di wilayah dengan risiko bencana tinggi. Berdasarkan data BNPB hingga 13 Oktober 2025, tercatat 2.599 bencana terjadi di Indonesia, dan lebih dari 99 persen di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi. Kabupaten Sukabumi sendiri masuk dalam wilayah dengan tingkat risiko tinggi berdasarkan Indeks Risiko Bencana BNPB 2024, sehingga pelatihan ini dinilai strategis untuk memperkuat kesiapsiagaan desa.
Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT, Andrey Ikhsan Lubis, menegaskan bahwa peningkatan bencana tidak bisa dilepaskan dari perilaku manusia terhadap lingkungan.
“Tidak bisa pungkiri, bencana makin sering terjadi, dan itu berkaitan dengan perilaku kita sendiri terhadap lingkungan. Maka penting untuk membangun kapasitas masyarakat agar mampu beradaptasi dan memitigasi risiko,” ujarnya.
Andrey juga mengingatkan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik memiliki keterkaitan erat dengan isu kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan di desa.
“Penanganan persoalan desa itu harus berkesinambungan. Bukan selesai hanya karena satu kegiatan. Harus terus dilakukan,” tegasnya.
Melalui program ini, Kemendes PDT mendorong terciptanya desa yang adaptif terhadap perubahan iklim dan tahan terhadap risiko bencana, sekaligus memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat desa dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.