YOGYAKARTA – Isu krisis air dan pangan menjadi sorotan utama dalam Seminar Nasional bertema “Kedaulatan Air dan Ketahanan Pangan: Meneguhkan Kemandirian dan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan” yang digelar Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA) di Wisma Kagama, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada Senin (14/7/2025). Acara ini didikuti puluhan pemuda dari berbagai desa di seluruh Indonesia serta perwakilan BEM, akademisi, dan pejabat pemerintahan.
Acara itu dipandu oleh dr. Puspita Wijayanti yang juga Dewan Pakar IPDA, serta menghadirkan empat tokoh kunci sebagai pembicara yaitu Profesor Panut Mulyono, Sugeng Harmono dari Kemenko PMK, M. Faukhan Fawaqi dari DPRD Kabupaten Kebumen, dan Imam Gunawan dari Kemenpora RI.
Ketua Panitia Pelaksana, Muhammad Sakur dalam sambutannya menegaskan bahwa keterlibatan pemuda dalam isu-isu strategis desa termasuk kemandirian pangan desa menjadi penting. Mahasiswa Magister Universitas Gadjah Mada itu mengimbau pemuda untuk bergerak dan berkontribusi bagi desanya.
“Air dan pangan bukan hanya soal kebutuhan biologis, tapi soal kedaulatan, martabat, dan masa depan. Kita tidak bisa terus menunggu. Kita harus bergerak. Dari desa, oleh pemuda, untuk masa depan bangsa,” tegasnya.
Senada dengan Sakur, Professor Panut Mulyono menjelaskan dalam paparannya bahwa sistem air dan tata ruang yang sehat menjadi fondasi kedaulatan pangan. Rektor UGM periode 2017-2022 itu mencontohkan sistem koperasi pertanian Jepang yang berjalan ideal dan layak dijadikan model percontohan di Indonesia.
“Pangan bukan sekadar barang konsumsi, tapi basis kemandirian ekonomi. Negara harus hadir dengan sistem yang adil, bukan eksploitatif,” ungkap Prof. Panut.
Sementara itu, perwakilan Kemenko PMK, Sugeng Harmono memaparkan bahwa Indonesia perlu membangun cadangan pangan nasional dengan mencontoh visi di berbagai negara yang berhasil dalam swasembada pangan.
“Kita perlu belajar dari Belanda, India, dan Brasil dalam membangun inovasi hortikultura dan kekuatan cadangan strategis. Ini soal keberanian membangun ketahanan jangka panjang,” jelasnya.
Lebih lanjut, M. Faukhan Fawaqi menjelaskan pandangannya dari variabel legislatif. Anggota DPRD Kabupaten Kebumen itu menjelaskan pentingnya keberpihakan terhadap desa dari lintas sektor di tanah air. Menurutnya, isu desa seringkali dibicarakan namun tidak sungguh-sungguh didukung dengan sarana prasarana yang mumpuni.
“Potensi komparatif desa sering disebut, tapi tidak cukup jadi kekuatan kompetitif tanpa keberpihakan sistem dan anggaran,” ucapnya.
Tidak hanya itu, Imam Gunawan menjelaskan peran pemuda dalam struktur ekonomi nasional. Perwakilan dari Kemenpora itu mengajak peserta untuk refleksi atas energi besar pemuda di tanah air.
“Energi pemuda besar, tapi struktur ekonomi belum siap menampungnya. Kita butuh desain agrobisnis nasional yang inklusif, dengan dukungan sistem yang menopang dari hulu ke hilir,” katanya.
Selanjutnya, acara itu ditutup dengan pemaparan rangkuman hasil diskusi oleh moderator. Dalam penutupnya, dr. Puspita merangkum bahwa isu pangan menyentuh banyak dimensi, tidak hanya teknis, tetapi juga etis dan politik.
“Pangan adalah isu politik dan moral. Ia menyangkut masa depan ruang hidup dan relasi antargenerasi. Kedaulatan pangan adalah keberanian menjaga tanah, air, dan martabat manusia,” tutup Puspita.
Untuk diketahui, acara itu dibuka secara khidmat dengan penampilan Tari Gambyong yang dikembangkan komunitas seni Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA). Kemudian acara ditutup dengan penyerahan cinderamata untuk seluruh narasumber. IPDA menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi pijakan awal dari rangkaian program pembangunan berkelanjutan yang berorientasi pada desa.
Dengan semangat kolaboratif, IPDA menyatakan komitmennya sebagai rumah besar bagi pemuda desa dalam membangun narasi desa yang mandiri, berdaulat, dan berdaya saing sebagai fondasi ketahanan bangsa.