SUMENEP – Suasana khidmat menyelimuti Alun-Alun Arjasa, Kepulauan Kangean, pada Minggu pagi (2/11/2025), saat ratusan warga, santri, alumni pesantren, dan tokoh masyarakat menggelar Doa Bersama dan Munajat untuk Keselamatan Kangean. Kegiatan ini diinisiasi oleh Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS) Rayon Kangean sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan lingkungan dan masyarakat kepulauan, khususnya terkait penolakan terhadap aktivitas industri migas oleh PT KEI–SKK Migas di wilayah Kangean.
Dengan mengusung tema “Kangean Bermunajat: Menolak Aktivitas Industri Migas Demi Keselamatan Alam dan Rakyat Kangean”, kegiatan ini berlangsung penuh haru dan semangat solidaritas. Peserta yang hadir berasal dari berbagai kalangan termasuk nelayan, pemuda, tokoh agama, hingga masyarakat umum dari sejumlah desa di Kepulauan Kangean.
Ketua IKSAS Rayon Kangean, Mahmudi, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini bukan bentuk perlawanan terhadap pembangunan, melainkan ikhtiar moral untuk menjaga kelestarian alam dan hak hidup masyarakat pesisir.
“Kami tidak menolak pembangunan, tapi kami menolak segala bentuk aktivitas industri yang berpotensi merusak ekosistem laut dan menyingkirkan nelayan dari sumber kehidupannya. Doa hari ini adalah seruan hati masyarakat Kangean untuk keselamatan bumi dan laut kami,” ujarnya tegas.
Tidak hanya itu, Mahmudi mewakili IKSASS Rayon Kangean meminta kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep, Achmad Fauzi, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dan Presiden RI, Prabowo Subianto untuk mengambil sikap dan memastikan bahwa tidak terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat Kangean. Selain itu, menurutnya, PT Kangean Energy Indonesia (KEI) selaku perusahaan yang dimaksud diharapkan untuk segera meninggalkan pulau Kangean.
“Kepada Bupati Sumenep, Gubernur Jawa Timur, Presiden Prabowo dan Perusahaan, kami meminta untuk mengambil sikap dan mengembalikan kondisi masyarakat Kangean kepada keadaan semula. Selain itu, kami meminta perusahaan (KEI) untuk segera angkat kaki, dan meninggalkan pulau Kangean,” tegas Mahmudi.
![]()
Dalam doa yang dipimpin oleh para ustadz dan tokoh agama, masyarakat bermunajat agar Kepulauan Kangean dijauhkan dari bencana ekologis, konflik sosial, dan dampak negatif eksploitasi industri migas. Lantunan ayat suci, istighosah, dan doa bersama menggema di seluruh penjuru alun-alun, menghadirkan suasana persatuan dan keharuan.
Selain berdoa, sejumlah perwakilan nelayan turut menyampaikan aspirasi agar pemerintah lebih memperhatikan potensi kerusakan sosial dan lingkungan yang dapat timbul akibat aktivitas eksplorasi migas di kawasan kepulauan. Mereka berharap agar suara masyarakat pesisir tidak diabaikan dalam pengambilan keputusan strategis terkait proyek energi nasional.
Acara “Kangean Bermunajat” ditutup dengan pembacaan doa keselamatan bersama serta seruan damai agar perjuangan masyarakat Kangean tetap berada pada jalur yang santun, bermartabat, dan berpihak pada kelestarian alam.
Bagi masyarakat Kangean, laut bukan sekadar sumber ekonomi, melainkan simbol kehidupan dan identitas. Melalui munajat ini, mereka menegaskan bahwa menjaga laut berarti menjaga masa depan generasi Kangean dan doa menjadi bentuk perjuangan paling tulus untuk mempertahankannya.
