Menemukan Kembali Pancasila
Pertemuan-pertemuan semacam itu pada akhirnya membawa kita kepada Pancasila sebagai titik temu bangsa. Dalam Gelar Karya Pelajar Pancasila bersama BPIP dan Komisi XIII DPR RI di SMK Bakti Karya Parigi (10 Agustus 2025), Direktur Pengkajian BPIP, Muhammad Sabri, menyebut Pancasila sebagai “ruh kebangsaan” yang memberi jiwa bagi persatuan Indonesia. Ia mengutip Sukarno yang menegaskan bahwa inti Pancasila adalah gotong royong, lalu menambahkan perspektifnya sendiri: bahwa inti terdalam Pancasila adalah cinta.
Cinta, kata Sabri, tumbuh dari pertemuan-pertemuan yang dirawat. Dari cinta, lahirlah kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama. Dengan cinta, Pancasila tidak sekadar menjadi dokumen ideologis, melainkan menjadi pengalaman hidup sehari-hari bangsa Indonesia.
Dalam keragaman yang begitu luas—dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote—Pancasila berfungsi sebagai melting pot yang menyatukan perbedaan. Masing-masing orang boleh menafsirkan sila-sila sesuai pengalaman hidupnya, namun pertemuan dalam bingkai Pancasila selalu membuktikan satu hal: bahwa Indonesia bisa berdiri tegak karena mampu menjadikan keberagaman sebagai kekuatan, bukan kelemahan.
Penutup
Pada akhirnya, pertemuan bukan sekadar momen bertatap muka, melainkan sebuah proses belajar memahami kehidupan. Dari pertemuan lahir pengetahuan; dari pengetahuan tumbuh toleransi; dan dari toleransi lahirlah perdamaian. Multikulturalisme memberi ruang bagi pertemuan itu, sementara Pancasila memberikan fondasi yang membuatnya kokoh.
Maka, jika kita ingin menjaga Indonesia tetap damai, jawabannya sederhana: rawatlah pertemuan, tebarkan pengetahuan, hiduplah dalam semangat multikultural, dan temukan kembali cinta dalam Pancasila.
*Rizki Armanda, penulis adalah Siswa SMK Bakti Karya Parigi, Pangandaran