LAMPUNG — Balai Desa Bumi Harjo, Kecamatan Batanghari, mendadak semarak pada akhir pekan, 18–20 Oktober 2025. Selama tiga hari, para guru TK, pengelola taman bacaan, dan pegiat literasi berkumpul dalam Workshop Penguatan Literasi Masyarakat, bagian dari rangkaian “Festival Literasi Anak Desa Bumi Harjo (LADA) 2025” yang diinisiasi oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mekar Utama.
Workshop ini bertujuan membekali para pendidik agar lebih percaya diri dan kreatif dalam menumbuhkan budaya baca di lingkungan mereka.
“Buku yang baik bukan hanya soal isi, tapi juga cara kita menghidupkannya di tengah masyarakat,” ujar Fatrohul Mubarok, sastrawan sekaligus pengurus Dewan Kesenian Metro yang menjadi salah satu pemateri utama.
Selain sesi diskusi, peserta juga belajar teknik mendongeng dari pendongeng Lampung, Jarwo Songha, yang menekankan bahwa kegiatan mendongeng bukan sekadar hiburan, melainkan sarana membangun imajinasi dan kedekatan emosional dengan anak-anak. Sesi penutup diisi oleh Triamiati, yang mempraktikkan metode membaca nyaring (read aloud) untuk menumbuhkan minat baca anak sejak dini.
Kepala Desa Bumi Harjo, Mahfud Sidiq, menyambut baik inisiatif ini dan menyebut kegiatan tersebut sebagai bagian penting dari pembangunan manusia desa.
“Gerakan literasi seperti ini menjadi jalan bagi desa untuk tumbuh bersama. Literasi bukan hanya soal baca-tulis, tapi juga cara masyarakat memahami dunia,” kata Mahfud.
Kegiatan ini turut dihadiri perwakilan Balai Bahasa Provinsi Lampung, Erwin Wibowo, serta Bunda Literasi Desa Bumi Harjo, Sukijah, S.Pd., yang keduanya menilai workshop ini sebagai langkah nyata memperkuat jejaring literasi di tingkat akar rumput.
Sementara itu, Solikhul Hadi dari Forum TBM Lampung menegaskan pentingnya peran taman bacaan dalam membangun budaya belajar masyarakat.
“TBM kini menjadi ruang belajar sosial, tempat warga desa membangun kebiasaan baru: membaca dan berdialog,” ujarnya.
Kegiatan yang penuh tawa dan antusiasme ini berakhir dengan semangat baru di wajah para peserta. Setiap peserta pulang membawa buku, kenangan, dan tekad untuk terus menjaga api literasi agar tetap menyala di desa-desa.