JAKARTA – Diseksi aorta mungkin belum banyak dikenal masyarakat, namun kondisi ini merupakan salah satu kegawatdaruratan medis paling mematikan yang berkaitan dengan jantung. Menurut dr. Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV (K), Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular Konsultan, diseksi aorta terjadi saat lapisan dalam pembuluh darah utama (aorta) robek dan menyebabkan darah mengalir ke antara lapisan dinding aorta.
“Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan pecahnya aorta yang akan mengakibatkan gangguan suplai darah ke seluruh tubuh termasuk otak, ginjal, dan jantung itu sendiri hingga dapat berujung pada kematian mendadak,” jelas dr. Dicky.
Bahaya utama dari diseksi aorta terletak pada kemunculannya yang mendadak tanpa peringatan, serta gejalanya yang kerap disalahartikan. Pasien biasanya mengalami nyeri dada hebat seperti ditusuk atau robek yang dapat menjalar ke punggung atau perut.
“Tekanan darah bisa tidak stabil, dan pasien bisa kehilangan kesadaran secara mendadak,” katanya.
Kondisi ini memerlukan penanganan darurat karena risiko kematian meningkat 1 persen setiap jam apabila tidak segera ditangani, khususnya pada diseksi aorta tipe A yang melibatkan bagian atas aorta.
Lebih lanjut, dr. Dicky menjelaskan bahwa jika diseksi meluas hingga ke akar aorta, hal ini dapat merusak katup jantung dan menyebabkan gagal jantung akut. Bahkan, aliran darah ke otak bisa terputus jika robekan menyebar ke cabang-cabang utama aorta.
Dalam hal penanganan, terdapat dua pendekatan pembedahan utama: Hemiarch Replacement dan Total Arch Replacement. Jika diseksi belum terlalu meluas, tindakan Hemiarch dapat dilakukan. Namun, pada banyak kasus, dokter harus mengambil tindakan lebih luas dengan Total Arch Replacement, atau bahkan Bentall Procedure jika katup jantung juga terdampak.
“Prosedur-prosedur ini bersifat kompleks dan memerlukan teknik khusus seperti hypothermic circulatory arrest, yaitu penghentian sementara aliran darah dan pendinginan suhu tubuh untuk menjaga organ tetap aman selama operasi berlangsung,” terang dr. Dicky.
Untuk diseksi aorta tipe A, operasi adalah satu-satunya pilihan karena tingginya risiko. Sedangkan pada tipe B, terapi obat mungkin bisa menjadi solusi jika tidak ada komplikasi, meskipun pasien tetap harus diawasi ketat.
Ia menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap nyeri dada yang tidak biasa.
“Segera cari pertolongan medis, karena dalam kasus ini, kecepatan penanganan bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati,” pungkas dr. Dicky.