“Bagaimana kita mengeluarkan narasi-narasi alternatif untuk ekstremisme pada isu kekerasan ini. Upaya take down postingan-postingan di media sosial itu bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), bekerja sama dengan madia platfrom seperti Facebook, Instagram itu sudah ada mekanisme,” katanya.
Sementara itu, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bidang Politik Irine Gayatri menyampaikan bahwa pelibatan komunitas dan organisasi masyarakat sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dalam upaya pencegahan ekstremisme di Indonesia.
“Pelibatan organisasi masyarakat, termasuk di tingkat lokal, hingga di level komunitas sangat penting untuk meningkatkan perangkat pengetahuan dan mekanisme yang tepat dalam upaya pencegahan-pencegahan tersebut,” ujar Irine.
Tidak hanya itu, Alumni Universitas Uppsala Swedia itu mengatakan bahwa RAN PE memiliki lima pilar orientasi yang dapat menjadi solusi dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme di Indonesia.
“RAN PE memiliki lima pilar penting dalam melaksanakan upaya-upaya pencegahan, yaitu (1) kemitraan dan koordinasi yang melibatkan akademisi dan mitra internasional; (2) rehabilitas dan reintegrasi yang mendukung reintegrasi mantan ekstremis; (3) penegakan hukum untuk meningkatkan kerangka hukum; (4) perlindugan untuk memperkuat langkah-langkah keamanan; dan (5) pencegahan untuk menangani akar atau dasar penyebab adanya radikalisasi,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Media Gathering ini bertujuan untuk memasyarakatkan, pengarusutamaan informasi publikasi, dan mendukung efektivitas RAN PE. Kemudian untuk mendapatkan masukan berarti seputar refleksi, pengembangan dan pemajuan implementasi RAN PE.